Hari yang cerah untuk menulis lagi dalam rangka mengawali hari ini dimulai dari pagi yang sunyi di mana hawa sejuk berhembus di sana sini, memeluk sukma dan menyejukkan pribadi yang sedang dilanda kegalauan hati... :)
Eh, ini bukan berarti Andra sedang galau ya... Sama sekali tidak! Dalam kamus besar Andra tidak ada kata yang namanya galau dan merujuk kepada galau...
Yah seperti biasa, Mas Andra ingin berbagi sesuatu di pagi yang cerah ini, meskipun mentari belum menampakkan dirinya, dan sang fajar masih berusaha memanjat langit untuk mengawali pagi yang cerah nantinya...
Teman-teman sudah pernah belum mendengar tentang puasa Sya'ban?
Sudah?
Atau...
Belumkah...?
Oke, Andra berasumsi bahwa teman-teman belum tau, jadi Andra ingin berbagi ilmu mengenai puasa Sya'ban... Coba simak kutipan hadis berikut...
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1833, Muslim No. 1956). Dan dalam riwayat Muslim No.1957 : “Adalah beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam berpuasa pada bulan Sya’ban semuanya. Dan sedikit sekali beliau tidak berpuasa di bulan Sya’ban.”
Namun, timbul pertanyaan, apakah boleh melakukan puasa satu bulan penuh di Bulan Sya'ban?
Bersumber dari pesantrenvirtual.com , inilah jawabannya...
Bulan Sya'ban adalah bulan di saat Nabi Muhammad saw melakukan puasa sunnahnya yang terbanyak. Di bulan-bulan lain, Nabi tidak melakukan puasa (sunnah) sebanyak di bulan Sya'ban. Namun tak ada kejelasan, tepatnya berapa hari yang disunnahkan berpuasa.
Persoalan boleh atau tidak melakukan puasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, itu boleh-boleh saja. Tidak ada dalil yang mengharamkan.
Hanya perlu diketahui ada perbedaan pendapat, antara yang memakruhkan puasa pada paruh kedua (setelah tanggal 15) Sya'ban, ada yang tidak. Perbedaan ini terjadi dikarenakan adanya 2 hadis yang berbeda. Kelompok yang memakruhkan menggunakan hadis: "Tiada puasa setelah separuh dari Sya'ban hingga masuk Ramadan."
Sementara yang tidak memakruhkan mendasarkan pada beberapa hadis (di antaranya):
Diriwayatkan dari Umi Salmah: "Saya tak pernah melihat Rasulullah puasa dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya'ban dan Ramadan." Dalam redaksi lain: "Tidak pernah Rasulullah melakukan puasa sunnah sebulan penuh kecuali di bulan Sya'ban." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah). Dan dalam redaksinya Ibnu Majah: "Nabi pernah puasa (penuh) di bulan Sya'ban dan Ramadan."
Demikianlah perbedaan itu muncul. Perlu diketahui juga, ada ulama yang menganggap dhaif hadis yang memakruhkan puasa di paruh kedua Sya'ban. Karena ada hadis lain lagi yang melarang puasa sehari-dua hari sebelum Ramadan. Ini tujuannya untuk menghindari hari "syak" (hari yang mendekati Ramadan, belum diketahui dengan jelas kapan akhir Sya'ban dan awal Ramadan).
Kembali ke persoalan semula, boleh-tidaknya berpuasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, pendapat yang membolehkan lebih cocok diikuti. Ini dengan alasan:
Persoalan boleh atau tidak melakukan puasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, itu boleh-boleh saja. Tidak ada dalil yang mengharamkan.
Hanya perlu diketahui ada perbedaan pendapat, antara yang memakruhkan puasa pada paruh kedua (setelah tanggal 15) Sya'ban, ada yang tidak. Perbedaan ini terjadi dikarenakan adanya 2 hadis yang berbeda. Kelompok yang memakruhkan menggunakan hadis: "Tiada puasa setelah separuh dari Sya'ban hingga masuk Ramadan."
Sementara yang tidak memakruhkan mendasarkan pada beberapa hadis (di antaranya):
Diriwayatkan dari Umi Salmah: "Saya tak pernah melihat Rasulullah puasa dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya'ban dan Ramadan." Dalam redaksi lain: "Tidak pernah Rasulullah melakukan puasa sunnah sebulan penuh kecuali di bulan Sya'ban." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah). Dan dalam redaksinya Ibnu Majah: "Nabi pernah puasa (penuh) di bulan Sya'ban dan Ramadan."
Demikianlah perbedaan itu muncul. Perlu diketahui juga, ada ulama yang menganggap dhaif hadis yang memakruhkan puasa di paruh kedua Sya'ban. Karena ada hadis lain lagi yang melarang puasa sehari-dua hari sebelum Ramadan. Ini tujuannya untuk menghindari hari "syak" (hari yang mendekati Ramadan, belum diketahui dengan jelas kapan akhir Sya'ban dan awal Ramadan).
Kembali ke persoalan semula, boleh-tidaknya berpuasa sebulan penuh di bulan Sya'ban, pendapat yang membolehkan lebih cocok diikuti. Ini dengan alasan:
- Ada hadis yang menunjukkan bolehnya puasa Sya'ban sebulan penuh (seperti tersebut di atas).
- Bahwasanya larangan puasa sehari-dua hari sebelum Ramadan itu untuk menghindari keragua-raguan. Karena pada hari-hari itu sudah dekat awal Ramadan. Padahal puasa Ramadan itu harus jelas niatnya: niat puasa Ramadan.
- Masa sekarang ini tidak ada kesulitan lagi untuk mengetahui awal bulan (atau akhir bulan) karena kecanggihan teknologi.
Jadi pada aslinya puasa sebulan penuh di Sya'ban itu tetap disunnahkan. Kalaupun sehari-dua hari di akhir Sya'ban itu tidak diperbolehkan, itu karena untuk menghindari ketidakjelasan. Dengan demikian, jika sudah tahu kapan awal Ramadan, maka tidak apa-apa melakukan puasa sampai akhir Sya'ban.
Bagaimana? Andra rasa sudah cukup jelas bukan?
Semoga dapat memberikan manfaat buat teman-teman semuanya... :D Aammiinn...
Daahhh... :D
Sumber : - http://alhikmah.web.id/
- http://www.pesantrenvirtual.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar