Laman

Rabu, 09 November 2011

Hiiiiiii...!!!


Seperti biasanya, pada hari Senin seluruh Warga SMA Pelita Jaya melaksanakan upacara bendera. Kebetulan hari ini aku yang betugas sebagai Pemimpin Upacara. Rasanya agak deg – degan sih… Karena ini pertama kalinya aku bertugas sebagai Pemimpin Upacara. Untunglah upacara bendera berjalan dengan lancar, bahkan Bapak Kepsek memujiku bahwa upacara kali ini adalah yang paling tertib dari upacara yang sudah – sudah, bukan main senangnya hatiku.
Sampai lupa memperkenalkan diri, namaku Andi Kurniawan. Aku sekarang duduk di kelas Sepuluh atau kalau orang – orang dulu bilang “kelas 1 SMA”. Banyak orang bilang bahwa aku ini mirip Andra, gitaris yang tergabung dalam band Andra & The Backbone itu loh… Hahaha… Dan dengan ketampanan wajahku ini, banyak gadis yang tergila – gila samaku (termasuk juga ibu – ibu, hahaha…). Jadi curhat deh… Oke, kembali ke cerita.
Teman – teman sekelasku semuanya mengucapkan selamat kepadaku, bahkan para gadis – gadis semuanya menggerumbuli aku. Tiba – tiba…
“Hoi… Semuanya duduk di bangkunya masing – masing, ada Pak Salman…!” Teriak Ryan si ketua kelas.
Dalam sekejap, keadaan yang mulanya seperti dengungan segerombolan lebah menjadi senyap.
“Selamat pagi, anak- anak…” Sapa Pak Salman.
“Pagi Pak…” Jawab kami serempak.
“Sekarang buka buku kalian halaman 57…  Kita akan belajar tentang… … … …” Perintah Pak Salman.
“Baik Pak…” Jawab kami lagi.
Lalu dengan kecepatan yang berbeda – beda kami semua membuka buku di halaman yang Pak Salman perintahkan, kemudian kami terhanyut dalam pelajaran yang disampaikan Pak Salman.
Memang, aku tidak terlalu pintar, IQ aku pun rendah. Tetapi jangan salah, aku tidak pernah keluar dari 10 besar di kelas.
Teng… Teng… Teng… Bunyi bel tiga kali untuk pertama kalinya menandakan jam pelajaran pertama dan kedua telah usai, dan siswa pun dipersilahkan untuk istirahat. Biasanya, pada saat istirahat. Aku tetap berada di kelas, tetapi hari ini aku lebih memilih menghabiskan jam istirahat di kantin sekalian meredakan demo di perut yang semakin menjadi – jadi.
Akhirnya, aku memesan semangkuk mie ayam bakso. Dan duduk di samping temanku yang juga lagi menyantap makanannya. Tak lama kemudian, mie ayam bakso pesananku telah datang. Tanpa ba bi bu lagi langsungku makan, maklumlah…
“Hmmm… Enak…” kataku dengan mulut penuh terisi mie ayam bakso.
“Eh… Tumben kamu ke kantin, Ndi?” Tanya Putra. Temanku yang satu ini sangat jago main gitar.
“Maklumlah Put, aku ini lagi kelaparan… Hehehe…” Jawabku sambil mengambil gelas untuk minum.
Mataku tak sengaja melihat sekelompok kakak kelas, yang kelihatannya sedang serius membicarakan sesuatu.
Rasa penasaran membuatku bertanya pada teman cewek yang kebetulan duduk di hadapanku. Dia bersama 2 orang teman ceweknya.
“Eh… Cha… Kakak kelas lagi ngomongin apa sih? Kok kayaknya serius banget? Tanyaku pada Icha, cewek yang cantik, dan berkulit putih ini.
“Ooh.. Kakak kelas lagi ngomongin soal penampakan hantu di sekolah kita…” Jawab Icha.
“Masa sih..?” Tanyaku penasaran.
“Beneran, tadi ketika kami lewat di dekat mereka, kami mendengar pembicaraan mereka…” Jawab Icha lagi.
“Kata mereka, malam kemarin salah satu kakak kelas kita melihatnya… Kalau tidak salah, namanya Dinda…” Tambah Riri yang duduk di sebelah kiri Icha.
“Iya… Katanya Kak Dinda sampai pingsan loh… Untung ada temannya yang datang ke sekolah untuk nyari tugas… Kalau tidak… Pasti Kak Dinda akan… … …” Tambah Dwi yang duduk di sebelah kirinya Riri.
“Salah Kak Dinda… Ngapain malam – malam ke sekolah…” Kataku cuek.
“Kak Dinda ke sekolah ada maksudnya, dia ingin ngumpulin tugas yang besok harus sudah dikumpulkan..” Jawab Icha.
Suasana hening sesaat, dalam hitungan menit. Makanan yang kami pesan pun telah berpindah ke dalam perut kami. Tiba – tiba…
“Gimana kalau kita buktikan… Apakah benar di sekolah kita ini memang ada hantunya?” Usul Putra.
“Boleh juga usulmu… Kapan kita membuktikannya?” Tanya Icha.
“Ehem… Kita? Maksud kamu kita berdua juga ikut?” Tanya Dwi.
“Iya… kamu berdua harus ikut nemenin aku… Kalau nggak, aku nggak mau lagi traktir kalian…” Ancam Icha.
“Iya Cha… Kami bakalan ikut kok…” Jawab Dwi dan Riri serentak.
“Oke… Kita kumpul di gerbang sekolah nanti malam, pukul 20.00…” Kata Putra.
“Buat apa kita melakukan hal kayak gini… Mana ada sih yang namanya hantu….” Kataku.
“Kamu takut ya, Ndi?”Tanya Putra. “Nggak lah, oke kalau kalian semua memaksa. Aku akan datang malam ini…”Jawabku.
            Malamnya, kami berkumpul di depan gerbang sekolah. Tinggal satu orang lagi yang belum datang, si Putra. Dia yang memberi usul, dia juga yang nggak datang. Aku segera mengirim SMS pada Putra, selang semenit kemudian. Putra datang dengan motor Mega Pronya.
“Hehehe… Sory, saya terlambat soalnya minjam handy cam dulu sama kakak. Buat merekam penampakan hantu nanti…” Kata Putra sambil cengar – cengir.
“Huuu… Dasar..!!” Kata Icha dkk. Sambil berusaha memukul Putra, tapi Putra bisa menghindarinya dengan mudah.
“Langsung aja yuk, ngapain lama – lama nunggu di sini…” Kataku tidak sabar untuk membuktikan yang namanya hantu itu tidak ada.
            Kami lalu masuk ke dalam sekolah, memeriksa semua ruangan yang ada. Putra sibuk dengan handy camnya, merekam semua apa yang ada sementara tanganku di pegang oleh Icha dan Dwi yang sedang ketakutan. Lain halnya dengan Riri, dia berada di dekat Putra. Karena memang mereka sudah pacaran selama satu tahun.
Tibalah kami di ruangan terakhir, laboratorium IPA. Semua kelas yang sudah kami periksa tidak menunjukan tanda –tanda adanya penampakan hantu. Aku mulai mencium aroma kemenanganku, yang sebentar lagi akan berhasil membuktikan bahwa tidak ada yang namanya hantu.
“Hahaha… Sudah kubilangkan? Mana ada yang namanya hantu itu…” Kataku pada mereka.
“Iya, kita sudah memeriksa semua ruangan tapi tidak ada hasilnya” Kata Icha membenarkanku.
“Berarti, percuma kita capek – capek datang ke sini dan memeriksa semua ruangan yang ada” Kata Riri dengan nada kecewa.
“Teman – teman kalian lihat itu nggak?” Kata Putra. “Iya aku lihat, Put” Kata Dwi. “Mana? Emangnya lihat apa sih?” Kataku, Icha dan Riri.
Sesosok tubuh putih – putih terbang menuju kami sambil tertawa kemudian mendarat di depan Putra jaraknya sekitar 1 meter.
Hihihihihi….”Tawa mahluk itu.
“Ha.. Ha… Hantu….!!!!!” Teriak kami bersamaan.
Tidak tahu siapa yang mulai duluan, kami semua mengambil langkah seribu menjauhi tempat itu. Tetapi, hantu itu mengejar kami.
Hihihihihihihi…. Hihihihi…” Tawa Hantu itu, sambil terus mengejar kami.
“Andi, tungguin aku… Kaki aku sakit nih…” Kata Icha sambil memegangi kakinya.
Aku segera berbalik arah menjemput Icha dan menggendongnya, jarak aku dengan si Hantu tinggal 2 meter lagi. Tidak tahu kenapa aku tidak bisa beranjak dari tempat tersebut.
“Andi, ayo lari…!! Aku takut..!” Teriak Icha kepadaku.
Aku segera mengambil ancang – ancang untuk lari, ketiga temanku yang lainnya telah menghilang dari pandangan.
Hihihihihihihihi… Uhuk.. Uhuk…” Batuk hantu itu. Tiba – tiba… Gubraaak…!! Hantu itu terjatuh.
Aneh, kok hantu bisa batuk dan jatuh ya? Bukan urusanku, yang penting sekarang………………………... Laaaaarrriiiiiiiiiiiii…!!!!!!!!!!!!!!

 By. Andra Kurniahadi
Bagi yang ingin mengcopy,,, harap sertakan sumber...
Hargai Karya Orang lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar